Berita Investasi

Sumber Daya Flores Timur Di Lirik 5 Perusahan Asing Investasi di NTT

Lima perusahaan asing tertarik dengan Flores Timur, serta perusahaan dari dalam negeri yang berminat untuk Investasi di NTT. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kabupaten Flores Timur Yohanes Kopong.

Beliau mengatakan ada sekitar lima investor yang berminat menamamkan investasinya di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

“Ada lima perusahaan asing dan dari dalam negeri yang berminat untuk investasi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, dan saat ini kami sedang memfasilitasinya,” kata Yohanes Kopong, Selasa, (25/9), Antaranews.com.

Yohanes menjelaskan para pengusaha Investasi di NTT tersebut akan bergerak di sektor budidaya mutiara dan pengolahan ikan. Investor dari China akan melakukan investasi di sektor budidaya mutiara, sedang PT Kelola Mina Laut akan bergerak di sektor pengolahan ikan.

Perusahaan Selandia Baru yang berminat Investasi di NTT dengan mengembangkan resort di Pulau Adonara. Selain itu, sebuah perusahan di dalam negeri yang berminat mengembangkan garam industri dan garam konsumsi di Pulau Solor.

“Proses investasi yang sudah kami fasilitasi ini lebih banyak sudah sampai pada tahapan studi atau kajian teknis di lapangan,” kata Yohanes Kopong.

Dari sisi kewenangan Yohanes mengatakan, pihaknya hanya berorientasi pada kelengkapan dokumen dan persyaratan investasi di NTT untuk perusahaan dalam negeri (PMDN). Sementara untuk dokumen perizinan perusahaan asing (PMA) lebih banyak berurusan dengan pemerintah provinsi maupun pusat.

Yohanes berharap semua proses fasilitasi baik teknis maupun perizinan bisa tuntas dalam tahun ini, agar kegiatan investasi di NTT udah bisa dimulai pada 2019 maupun 2020.

“Ada kegiatan investasi yang butuh waktu lama seperti usaha budidaya garam,” katanya.

Ia menambahkan hingga saat ini sudah tercatat sembilan perusahaan asing (PMA) dan enam perusahaan di dalam negeri (PMDN) sedang melakukan investasi di ujung timur Pulau Flores tersebut.

“Mereka umumnya bergerak di sektor usaha perikanan, perkebunan dan pariwisata, dengan nilai investasi seluruhnya sekitar Rp309 miliar,” demikian Yohanes Kopong.