Badan Kesehatan Dunia PBB, WHO, telah mengambil sikap dan menyatakan darurat internasional terkait mewabahnya virus corona yang mematikan. Langkah ini diambil setelah virus 2019-nCov itu menjangkit 7000 jiwa dan memakan korban meninggal sebanyak 171 orang di China.

Selain itu, WHO juga khawatir jika corona menyebar ke negara dengan kemampuan di bawah China dalam menangani virus. Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus saat mengumumkan penetapan darurat kesehatan global.

“Alasan utama bukan karena apa yang terjadi di Tiongkok, tetapi karena apa yang terjadi di negara lain. Kekhawatiran terbesar kami adalah potensi penyebaran virus ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah, ” kata Tedros di Jenewa, Swiss, Kamis (30/1).

Pegawai China Menghadapi Isu Rasis

Setelah WHO menetapkan kondisi darurat kesehatan global, banyak masyarakat Indonesia bertanya mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi penyebaran Corona. Jawaban ini sebelumnya sempat dijawab oleh Perwakilan WHO di Indonesia, dr Navaratnasamy Paranietharan.

Seperti yang dikutip djawanews.com dari liputan6.com, Indonesia telah memperketat pengawasan di sekitar 135 titik sejak sepuluh hari sebelum penetapan WHO. Pengawasan dilakukan mulai dari bandara, pelabuhan, dan jalur darat. Alat pemindai juga telah disiagakan di tempat tersebut.

“Jadi pengecekan terus dilakukan. Anda memiliki sistem peringatan dan respons dini yang berfungsi di negara ini. Anda memiliki ratusan fasilitas di berbagai bagian negara yang dapat mengakses kasus rujukan dan mengelola kasus ini dengan cara yang sangat tepat, dengan ukuran pengendalian pencegahan infeksi yang sangat tepat,” kata dr Navaratnasamy.

Jadi, dapat dikatakan Indonesia telah siap menghadapi virus corona sebelum WHO menetapkan darurat kesehatan global pada Februari ini.

Virus Corona dan Permasalahan Sosial di Indonesia

Pegawai China
Antisipasi Pelindo menghadapi virus corona (gagasanriau.com)

Virus corona yang berasal dari Wuhan tidak hanya mengancam kesehatan, namun juga memperbesar rasialisme di Indonesia. Selama ini, Indonesia membuka diri terhadap wisatawan, investor, dan juga pekerja dari negara manapun, termasuk China. Bahkan, jumlah pekerja yang berasal dari China di Indonesia cukup banyak.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2018 BPS mencatat jumlah tenaga kerja asal Tiongkok yang berada di Indonesia sebanyak 32.209 jiwa. Mereka tersebar di berbagai pusat perkantoran, proyek infrastruktur, maupun perusahaan multinasional

Adanya virus corona tentu berdampak pada perlakuan dan cara pandang masyarakat Indonesia terhadap masyarakat China yang berkepentingan di Indonesia. Sering kali masyarakat menganggap semua orang dari China membawa virus corona, sehingga siapapun yang bepergian ke China berpotensi membawa virus corona ke Indonesia. Pendapat ini yang dianggap berbau rasialisme terhadap China.

Ketakutan masyarakat sebenarnya wajar terjadi. Namun, mereka tak perlu khawatir karena pemerintah telah menyiapkan segala antisipasi yang diperlukan. Indonesia juga telah menutup akses menuju China untuk sementara waktu. Sedangkan untuk para warga atau pegawai China yang ada di Indonesia, mereka dipastikan tidak terinveksi virus corona.