Indonesia bertekad untuk meningkatkan produksi minyak bumi pada tahun 2023 dengan target produksi siap jual (lifting) sebesar 660 ribu barel per hari (bph). Target ini meningkat dari realisasi tahun lalu sebesar 612,3 ribu bph. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan investasi hulu migas sebesar US$15,54 miliar, lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya sebesar US$12,3 miliar.
Investasi tahun 2022 sebesar US$12,3 miliar meningkat sebanyak 13 persen dari tahun 2021 dan lebih tinggi dari rata-rata investasi global yang hanya meningkat 5 persen. Penerimaan negara bukan pajak dari sektor hulu juga ditargetkan mencapai US$15,88 miliar, lebih tinggi dari realisasi tahun lalu sebesar US$18,19 miliar.
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi migas pada tahun 2022 sebesar US$13,9 miliar, di bawah target yang sebesar US$17,01 miliar. Terdapat beberapa tantangan dalam mencapai target investasi migas, salah satunya perubahan insentif dan pelaksanaan investasi hilir migas seperti kilang.
Namun, SKK Migas tetap optimistis dalam mencapai target produksi dan investasi pada tahun 2023. “Investasi 2022 sebesar US$12,3 miliar naik 13 persen dari 2021, dan ini lebih tinggi dari rata-rata investasi global yang hanya 5 persen,” ujar Ketua SKK Migas Dwi Soetjipto.
Dengan target produksi dan investasi yang lebih tinggi, Indonesia berharap dapat meningkatkan perekonomian dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan stabilitas dan kemakmuran negara melalui sektor minyak dan gas bumi (Migas).