Potensi Konflik Israel vs Hamas Berikan Dampak Besar Harga Migas, Para Ahli Ungkap Lebih Detail!

Konflik yang terus berlanjut antara Israel dan Hamas di Timur Tengah menjadi fokus perhatian global, dengan potensi dampaknya terhadap harga migas dan energi. Para analis pasar memberikan berbagai pandangan mengenai potensi kenaikan harga komoditas ini serta dampaknya pada pasar investasi. Arjun Ajwani, Research Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, mengingatkan bahwa konflik di wilayah strategis seperti Timur Tengah dapat memicu lonjakan harga migas. Dia melihat potensi kenaikan lebih lanjut dalam harga minyak mentah dunia dalam jangka pendek, terutama karena ketidakpastian terkait pasokan. Sebelum terjadinya perang antara Israel dan Hamas, harga minyak mentah telah mengalami kenaikan akibat pemangkasan ekspor dari produsen utama seperti Arab Saudi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa perang Israel vs Hamas tidak selalu mengakibatkan lonjakan drastis dalam harga minyak mentah. Harga minyak dunia masih berada di bawah level US$90 per barel, dengan WTI di US$86 per barel dan Brent di US$87,9 per barel pada tanggal 10 Oktober 2023.

Robertus Hardy, seorang analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, mengingatkan bahwa pergerakan harga migas, khususnya minyak mentah selama konflik dapat bervariasi tergantung pada fundamental ekonomi masing-masing negara produsen. Sebagai contoh, selama perang Rusia vs Ukraina pada Februari 2022, harga minyak mentah WTI mengalami kenaikan sebesar 36% dalam tujuh hari perdagangan, namun kemudian mengalami fluktuasi dan penurunan dalam lima hari berikutnya sebelum kembali naik secara bertahap.

Dalam kasus konflik Israel vs Hamas, dampaknya bisa berbeda, terutama jika konflik terjadi di wilayah yang tidak memiliki kapasitas produksi migas yang signifikan. Masing-masing konflik akan dipengaruhi oleh faktor-faktor fundamental yang berbeda. Para analis juga mengingatkan investor untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi di tengah ketidakpastian ini. Potensi volatilitas harga migas dapat berdampak pada pergerakan saham perusahaan terkait. Kenaikan harga komoditas yang tiba-tiba sering diikuti oleh penurunan tajam dalam waktu singkat, sehingga diperlukan kebijaksanaan dalam pengelolaan portofolio investasi.

Valdy Kurniawan, Head of Research dari Phintraco Sekuritas, menyoroti pentingnya tetap rasional dalam mengambil keputusan investasi. Ia menekankan perlunya memilih saham-saham yang memiliki potensi upside atau yang masih dianggap undervalue dalam perbandingan harga. Meskipun potensi kenaikan harga saham terkait dengan lonjakan harga komoditas dapat terlihat, dampak konflik Israel vs Hamas pada pasar saham energi masih sulit untuk diukur. Oleh karena itu, para pelaku pasar perlu terus memantau eskalasi konflik dan potensi dampaknya.

Saham-saham terkait dengan komoditas energi, termasuk harga migas dan batubara, dapat memainkan peran penting dalam pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam situasi saat ini, harga batubara juga diharapkan mengalami lonjakan global menyambut musim dingin, yang bisa berdampak pada saham-saham batubara.

Sebagai rekomendasi, beberapa analis menyebutkan saham-saham tertentu yang mungkin menarik perhatian investor. Saham-saham seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) merupakan pilihan yang dianggap menarik oleh beberapa analis. Namun, keputusan investasi selalu harus didasarkan pada analisis yang cermat dan pertimbangan risiko yang matang.

Demikian informasi yang dapat kami sampaikan mengenai potensi kenaikan harga migas akibat konflik Hamas dan Israel. Untuk berita ekonomi dan investasi lainnya hanya di Subbali.com.