Investasi ketenagalistrikan Indonesia mencapai titik jenuh dengan ketidakpastian tinggi menjadi fokus perhatian. Meskipun pemerintah mendorong peralihan ke energi baru terbarukan (EBT), target investasi yang belum tercapai menjadi cerminan kondisi yang tidak ideal. Pada tahun 2023, investasi sektor ketenagalistrikan mencapai 5,75 miliar dolar AS dari target 6,64 miliar dolar AS, hanya mencapai 87 persen dari target yang ditetapkan.
Menurut Kepala Peneliti Center of Food, Energy, and Sustainable Development Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra Talattov, tantangan mendasar terletak pada kondisi eksisting, di mana permintaan listrik tidak sebanding dengan produksi yang agresif dalam satu dekade terakhir. Oversupply pada tahun 2022 mencapai 6-7 GW, dan pada 2023 masih ada sekitar 4 GW. Rendahnya pertumbuhan konsumsi listrik yang hanya 3,5% per tahun, dibandingkan dengan target awal 8,7% per tahun, menjadi permasalahan sentral. Masalah perkembangan investasi ketenagalistrikan Indonesia ini memang harus kembali diperhatikan secara menyeluruh.
Abra menyoroti perlunya mengoptimalkan sisi demand dan memahami kebutuhan industri serta sektor-sektor unggulan untuk menghindari peningkatan biaya pokok penyediaan listrik. Fokus pada investasi independent power plant (IPP), khususnya untuk pembangkit EBT, menjadi strategi penting dalam mengatasi titik jenuh ini.
Ketidakpastian dalam investasi ketenagalistrikan Indonesia juga dipengaruhi oleh hambatan-hambatan, terutama dalam menangani strategi keluar di masa depan. Proses divestasi Mitsui & Co., Ltd terhadap Paiton Energy menjadi contoh nyata ketidakpastian investasi di Indonesia. Sampai saat ini, pengalihan saham Mitsui ke RATCH Group dan Medco Indonesia masih tertunda, meskipun telah mematuhi peraturan yang berlaku.
Pengamat Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi menilai bahwa investasi ketenagalistrikan semakin menantang karena tren transisi energi. Meskipun pemerintah memiliki target ambisius untuk meningkatkan bauran pembangkit EBT, kondisi tata kelola, kepastian regulasi, dan harga beli PLN terhadap listrik EBT masih menjadi kendala. Dengan tantangan ini, pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendukung pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang berkelanjutan.
Demikian informasi seputar pertumbuhan investasi ketenagalistrikan Indonesia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Subbali.Com.