Bank Sentral AS (Amerika Serikat), Federal Reserve atau The Fed, baru saja menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menjadi 5% sampai 5,25%. Kenaikan ini merupakan yang terbesar dalam 16 tahun terakhir dan yang ke-10 dalam 14 bulan. Namun, menurut laporan BBC, kenaikan ini mungkin menjadi yang terakhir saat ini. Apa dampak dari kenaikan suku bunga The Fed pada ekonomi AS?
Tingginya suku bunga membuat ongkos pinjaman menjadi lebih mahal di AS. Ini menyebabkan sektor properti melemah dan memicu bangkrutnya tiga bank di AS. Suku bunga yang lebih tinggi juga membuat biaya kredit rumah menjadi lebih mahal. Kredit untuk bisnis atau kebutuhan lainnya juga lebih mahal. Dengan naiknya suku bunga, para pejabat memperkirakan permintaan akan turun dan harga akan turun.
Sejak Fed memulai kampanyenya, kenaikan harga di AS telah menunjukkan tanda-tanda moderat. Pada bulan Maret, inflasi mencapai 5% atau tingkat terendahnya dalam hampir dua tahun. Meskipun capaian itu masih terlalu tinggi untuk Fed yang menargetkan tingkat inflasi 2%.
Gregory Daco, kepala ekonom di EY-Parthenon menilai The Fed akan bijaksana untuk berhenti menaikkan suku bunga sekarang. Ia menyatakan bahwa perang inflasi belum berakhir, tetapi kita berada dalam situasi di mana kita melihat disinflasi bertahap dan kita juga berada dalam lingkungan di mana suku bunga tinggi dan meningkat, dan oleh karena itu harus membatasi aktivitas bisnis, yang seharusnya menyebabkan disinflasi lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga pada hari Rabu adalah bulat dan diharapkan secara luas oleh pasar keuangan. Sebelumnya, bank sentral di seluruh dunia, termasuk di Inggris dan Eropa, juga mengambil tindakan serupa. Kenaikan suku bunga The Fed memang memberikan dampak yang signifikan pada ekonomi AS. Namun, sejauh ini, tindakan tersebut masih dianggap sebagai strategi yang diperlukan untuk menekan inflasi dan menjaga kestabilan ekonomi AS dalam jangka panjang.