Contents
Pandemi Covid-19 membuat Petani di Desa Timpag, Tanaban, Bali bermanufer ke tanaman porang. Petani di Desa Timpag, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan kemudian melirik potensi tanaman porang untuk ditanam di lahan tidur. Habitat asli tanaman porang tumbuh liar di hutan.
Umbi dari tanaman porang biasa dipakai sebagai dasar pembuatan beras shirataki dan memiliki potensi ekspor. Tanaman porang tak butuh banyak air seperti padi, tanaman ini bisa tumbuh di mana saja.
Masuri Amertha Giri menjadi kelompok yang pertama kali mencoba penanaman porang di Desa Timpag. Anggota Masuri Amertha Giri, Made Madya, mengakui ide budidaya porang ini muncul akibat Pandemi Covid-19.
“Adanya Covid-19 mau tidak mau harus mencari inovasi. Kebetulan melihat budidaya porang di YouTube. Itu April 2020. Langsung saya ajak teman-teman dan kemudian mencari persatuan pertanian porang yang ada di Denpasar. Di sana kami dibantu caranya dan di mana mendapatkan bibitnya,” tutur Madya, Kamis (bali.idntimes).
Mereka memulai tanam tanaman porang di atas lahan 4,5 hektare pada bulan September 2020. Setelah lima bulan berjalan, tanaman porangnya sudah mulai dorman dan menghasilkan katak (Umbi yang terbentuk di daun porang).
1. Menanam tanaman porang tidak susah
Keuntungan menaman tanaman porang adalah tidak susah. Karena tanaman ini adalah tanaman gulma yang tumbuh liar di hutan.
“Dulu sebelum tahu manfaatnya, tanaman ini suka bikin jengkel petani karena tumbuhnya di mana-mana di hutan dan terus ada. Sehingga terus dirambas. Sekarang karena sudah tahu manfaatnya, sudah jarang menemukan tanaman ini di hutan,” ujar Madya.
Menjadi nilai plus, karena porang tesebut ternyata bisa tumbuh di lahan terbuka. Masuri Amertha Giri membuktikan sendiri menanam tanaman tersebut di atas lahan sawah tidur dan tumbuh dengan baik. Mereka menanam kurang lebih 40 ribu porang per hektare.
“Kalau sudah ditanam dan tumbuh hanya memberikan pupuk dan membersihkan gulma. Sejak penanaman sampai sekarang, cuma tiga kali bersihkan gulma. Jadi tidak ribet,” jelas Madya.
2. Modal menanam tanaman porang
Petani yang ingin menanam porang tidak membutuhkan modal yang besar. Teruntuk petani yang memilih lahan tidur tidak perlu takut mengeluarkan biaya. Modalnya hanya untuk membeli bibit porang dan pupuk organik yang bisa dibuat sendiri.
“Kalau menanam bisa sendiri. Apalagi rata-rata petani di Tabanan luas lahan pertaniannya 20 sampai 25 are. Tidak sampai berhektare-hektare,” tutur Madya.
Bibit porang ini bisa berasal dari katak dan umbinya. Jika memakai katak, satu are membutuhkan 90 butir. Sementara kalau umbi membutuhkan 45 buah. Harga bibit katak tanaman porang yaitu mulai Rp150 ribu per kilogram, tergantung kualitasnya dengan isian 10 sampai 20 butir. Sedangkan harga bibit umbi tanaman porang yaitu mulai Rp75 ribu per kilogram berisi 4 sampai 6 buah.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh petani ketika menanam porang adalah pH tanah. Tanaman ini tumbuh baik di pH tanah 6 sampai 7. Madya menuturkan bahwa rata-rata lahan pertanian di Tabanan pH-nya 6 sampai 7, jadi cocok bagi tanaman ini.
Kelebihan lain dari tanaman porang yaitu Tabanan masih bebas dari Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) untuk porang. Yaitu ulat yang memakan daun dan batang porang.
“OPT dari porang masih belum ada di Tabanan. Jadi potensi gagal panen itu kecil,” tutur Madya.
3. Tanaman ini memiliki potensi ekspor
Permintaan ekspor porang banyak terserap ke Jepang dan Tiongkok. Kedua negara itu lebih banyak membeli chip kering dari umbi porang, yang nantinya dijadikan sebagai bahan dasar beras dan mi shirataki.
Kandungan glukomanan dari umbi porang diyakini dapat menekan kadar gula darah dan kolesterol yang berlebih dalam tubuh. Sehingga dinilai menyehatkan. Tidak hanya sampai di sana, katak juga memiliki nilai jual karena bisa dijadikan sebagai bibit porang. Katak ini juga dicari karena menjadi bahan baku kulit kapsul obat.
Madya menilai, harga jual porang tidak bisa dipermainkan oleh pihak pabrik. Sebab jika harganya jatuh, petani bisa memilih untuk tidak memanen umbi porang. Sedangkan umbinya sendiri dapat bertahan selama dua sampai tiga tahun di dalam tanah dan bisa menjadi tanaman baru kembali.
“Biasanya setelah enam bulan, tanaman ini dorman. Sebulan setelah dorman, lahan yang ditumbuhinya akan bersih tak berbekas meninggalkan umbi. Umbi inilah yang kita panen. Kalau harga turun, biarkan saja umbinya. Masih bertahan dua sampai tiga tahun bahkan bisa tumbuh lagi jadi tananam porang baru,” kata Madya.
Saat ini, harga umbi porang ada di kisaran Rp8000 sampai Rp12 ribu per kilogram. Satu tanaman porang minimal menghasilkan satu kilogram umbi.
Baca juga: Bisnis kuliner pariwisata Bali Banana