Hari Raya Galungan merupakan hari dimana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya. Umat Hindu juga merayakan kemenangan kebaikan melawan kejahatan. Rasa syukur tersebut ditujukan dengan mengadakan upacara dan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara.
Menjelang Hari Raya Galungan, ada banyak penjor yang dapat ditemui. Penjor tersebut berjejer di pinggir jalan bahkan saat ini sudah menjadi daya tarik wisata tersendiri. Penjor terbuat dari bambu yang sudah dihias sedemikian rupa sesuai dengan tradisi masyarakat Bali.
Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuna yang artinya bertarung. Atau disebut dungulan yang berarti menang. Hari Raya Galungan dirayakan pertama kali pada har Purnama Kapat (Budha Kliwon Dungulan) pada tahun 882 Masehi atau tahun Saka 804.
Umumnya Galungan dan Kuningan dirayakan sebanyak dua kali dalam setahun kalender Maseh. Jarak dari Galungan dan Kuningan adalah 10 hari. Perhitungan perayaan kedua hari raya berdasarkan kalender Bali.
Untuk makna Hari Raya Galungan dan Kuningan sendiri adalah momen umat Hindu untuk menginatkan diri baik secara spiritual maupaun ritual agar selalu melawan adharma dan menegakkan dharma. Arti lainnya adalah Galungan sebagai cara untuk menyatukan kekuatan rohani agar umat Hindu mendapatkan pikiran yang terang. Sedangkan segala kekacauan pikiran adalah wujud dari adharma.
Dalam perayaan Hari Raya Galungan tentu masyarakat Bali kerap menyiapkan berbagai hal, mulai dari hiasan hingga makanan. Selain haiasan penjor yang sudah dijelaskan di atas. Pada acara Galungan juga sering dijumpai makanan seperti tapai ketan. Makanan ini terbuat dari tapai hitam dan ketan hitam yang dikukus kemudian didiamkan dan diberi ragi.
Selain tapai ketan, makanan yang kerap dijumpai adalah Lawar. Ini merupakan makanan tradisional yang harus selalu ada saat perayaan Galungan. Lawar terbuat dar nangka, sayur kacang panjang, daging babi dan pisang batu. Selain Lawar, masyarakat Bali juga menyediakan nasi kuning. Nasi kuning ini biasanya digunakan untuk sesajen. Nasi kuning juga biasanya disantap bersama keluarga ketika Galungan.