Contents
Tahukah Anda, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade di Kalimantan Utara menjadi salah satu dari 29 Proyek strategis nasional? Hal tersebut menjadi sorotan pemerintah agar mendorong swasembada Energi di Indonesia dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto.
PLTA Kayan cascade di Kaltara resmi ditetapkan sebagai salah satu dari 29 Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 melalui Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025.
Proyek ini menjadi sorotan karena perannya yang krusial dalam mendukung swasembada energi, memperkuat ketahanan nasional, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Artikel ini akan mengulas mengapa PLTA Kayan masuk dalam daftar PSN, pemilik proyek, perusahaan terkait, serta manfaatnya bagi Indonesia.
Apa Itu PLTA Kayan?
PLTA Kayan adalah proyek pembangkit listrik tenaga air berkapasitas 9 GW (gigawatt) yang terletak di Sungai Kayan, Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Proyek ini dikembangkan secara terintegrasi, mencakup pembangunan lima bendungan, pembangkit listrik, dan infrastruktur pendukung seperti jalan dan saluran pengalihan. PLTA Kayan cascade dirancang untuk memanfaatkan potensi energi air yang melimpah di Sungai Kayan sepanjang 576 kilometer, menjadikannya salah satu proyek energi terbarukan terbesar di Asia Tenggara.
Pemilik dan Perusahaan Terkait PLTA Kayan
Proyek PLTA Kayan digagas dan dikembangkan oleh PT Kayan Hydro Energy (KHE), sebuah perusahaan swasta Indonesia yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan. Pemilik utama PT KHE yaitu, seorang pengusaha yang dianugerahi gelar Warga Kehormatan Dayak Nasional oleh Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) atas kontribusinya dalam pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia di Kalimantan Utara.
Selain PT KHE, beberapa perusahaan dan entitas terkait telah atau sedang terlibat dalam proyek ini, termasuk:
- Sumitomo Corporation: Perusahaan energi asal Jepang ini sempat menjalin kerja sama dengan PT KHE pada 2022 dengan nilai investasi mencapai USD 17,8 miliar (sekitar Rp 270,56 triliun). Namun, kerja sama ini resmi berakhir pada 2024, dan PT KHE kini mencari mitra baru dari Jepang dan Tiongkok.
- PowerChina: Perusahaan asal Tiongkok ini sebelumnya terlibat dalam proyek PLTA Kayan sejak 2012, tetapi kemudian menarik diri karena berbagai kendala.
- China Power Investment (CPI): BUMN Tiongkok ini berkomitmen mengalokasikan dana USD 17 miliar untuk membangun PLTA Kayan pada 2013, dengan rencana pembangunan lima tahap. Namun, tidak ada perkembangan signifikan setelahnya.
- PT Indonesia Strategis Industri (ISI): Perusahaan ini mengelola Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) di Tanah Kuning-Mangkupadi, Kalimantan Utara, yang akan menjadi salah satu penerima utama pasokan listrik dari PLTA Kayan.
- PT Pelabuhan Internasional Indonesia (PII): Pengembang pelabuhan internasional yang mendukung operasional KIHI, turut terkait karena kebutuhan listrik dari PLTA Kayan.
- Hashim Djojohadikusumo: Adik Presiden Prabowo Subianto ini menyatakan minat untuk berinvestasi di PLTA Kayan melalui grup Arsari, melihat potensi besar energi terbarukan untuk mendukung proyek-proyek nasional seperti Ibu Kota Nusantara (IKN.
Proyek ini juga melibatkan PT PLN (Persero) untuk distribusi listrik melalui jaringan transmisi berteknologi HVDC (High Voltage Direct Current) ke IKN dan kawasan industri lainnya.

Mengapa PLTA Kayan Masuk Proyek Strategis Nasional?
PLTA Kayan dimasukkan sebagai Proyek Strategis Nasional karena sejumlah alasan strategis yang selaras dengan visi pemerintah untuk mencapai kemandirian energi dan pembangunan berkelanjutan. Berikut adalah alasan utama:
- Mendukung Swasembada Energi
Dengan kapasitas 9 GW, PLTA Kayan akan menjadi salah satu sumber energi terbarukan terbesar di Indonesia, mampu memenuhi kebutuhan listrik di Kalimantan dan mendukung pasokan energi untuk kawasan industri, termasuk Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) dan IKN. Proyek ini mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sejalan dengan target transisi energi hijau.
- Pendorong Pertumbuhan Ekonomi di Kalimantan
PLTA Kayan diharapkan menjadi katalis bagi pengembangan ekonomi di Kalimantan Utara, menciptakan sekitar 10.000 lapangan kerja selama fase konstruksi dan 3.000 pekerjaan saat operasional. Proyek ini juga akan mendorong pertumbuhan sektor industri dan pariwisata di wilayah sekitar.
- Mendukung Hilirisasi dan Industrialisasi
Pasokan listrik yang stabil dan terjangkau dari PLTA Kayan akan mendukung proyek hilirisasi mineral, seperti nikel dan bauksit, yang juga termasuk dalam daftar PSN. Energi yang andal sangat penting untuk menarik investasi di sektor industri berbasis sumber daya alam.
- Kontribusi terhadap Target Net Zero Emission
Sebagai pembangkit berbasis energi terbarukan, PLTA Kayan Cascade mendukung komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060. Proyek ini membantu mengurangi emisi karbon dengan menggantikan pembangkit berbahan bakar fosil.
- Skala dan Dampak Nasional
Dengan kapasitas 9 GW dan luas waduk mencapai 190.600 hektare, PLTA Kayan Cascadememiliki skala yang signifikan dan dampak nasional yang luas. Proyek ini tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik lokal, tetapi juga berpotensi menyalurkan energi ke wilayah lain melalui jaringan transmisi PLN.
Manfaat PLTA Kayan bagi Indonesia
- Ketahanan Energi: Menjamin pasokan listrik yang stabil untuk kebutuhan domestik dan industri, termasuk IKN dan KIHI.
- Pembangunan Infrastruktur: Mendorong pembangunan jalan, pelabuhan, dan jaringan listrik di Kalimantan Utara.
- Dampak Sosial-Ekonomi: Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui lapangan kerja dan pengembangan ekonomi daerah.
- Keberlanjutan Lingkungan: Mengurangi emisi karbon dengan memanfaatkan energi terbarukan.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun memiliki potensi besar, PLTA Kayan Cascade menghadapi sejumlah tantangan, termasuk:
- Pembebasan Lahan dan Relokasi: Proyek ini berdampak pada relokasi lebih dari 1.300 warga di desa-desa seperti Long Peleban, Long Lejuh, Muara Pangean, Long Yin, dan Long Lian, serta suku nomaden Punan. Kekhawatiran tentang ganti rugi dan sumber penghidupan pengganti masih menjadi isu.
- Dampak Lingkungan: Pembangunan bendungan berpotensi mengganggu ekosistem Sungai Kayan, termasuk habitat satwa endemik seperti orangutan dan ikan lokal yang dianggap sakral oleh masyarakat adat.
- Perizinan dan Investasi: Meskipun perizinan telah diselesaikan, proyek ini sempat tersendat karena perubahan regulasi (seperti UU Cipta Kerja) dan mundurnya investor besar seperti Sumitomo dan PowerChina.
Pemerintah dan PT KHE berkomitmen untuk mengelola proyek ini dengan prinsip tata kelola yang baik, termasuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Dengan dukungan dari investor baru dan koordinasi dengan PLN, proyek ini ditargetkan selesai secara bertahap, dengan bendungan pertama beroperasi pada 2027 dan penyelesaian penuh pada 2035.
Penetapan PLTA Kayan sebagai Proyek Strategis Nasional menegaskan komitmen pemerintah dalam mempercepat pembangunan energi terbarukan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Dengan kepemimpinan PT Kayan Hydro Energy, serta keterlibatan perusahaan dan investor seperti PT ISI, PLN, dan potensi kolaborasi dengan Hashim Djojohadikusumo, proyek ini diharapkan menjadi pilar utama transisi energi hijau Indonesia. Keberhasilan PLTA Kayan akan menjadi tonggak penting dalam mewujudkan visi Indonesia sebagai negara mandiri energi dan berdaya saing global.