Investasi hulu migas (minyak dan gas bumi) diyakini memiliki peran penting dalam membenahi makro ekonomi Indonesia. Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menegaskan bahwa sektor hulu migas dapat menciptakan nilai tambah ekonomi yang signifikan, yang dikenal sebagai multiplier effect. Ketika cadangan minyak berhasil ditemukan dan produksi meningkat, neraca keuangan negara pun akan semakin seimbang.
Dalam diskusi bertajuk “Memikat Investor Hulu Migas Demi Ketahanan Nasional,” Komaidi menjelaskan bahwa fluktuasi harga minyak berpengaruh pada nilai tukar rupiah.
“Ketika harga minyak naik, permintaan dolar AS untuk impor meningkat, sehingga depresiasi rupiah terjadi. Kunci penyelesaian masalah makro ekonomi kita adalah melalui investasi hulu migas,” ujarnya.
Saat ini, cadangan minyak Indonesia diperkirakan mencapai 3 miliar barel, dengan produksi yang masih di bawah 600 ribu barel per hari (BOPD). Sementara itu, Indonesia tercatat mengimpor minyak sekitar 1,2 juta BOPD untuk memenuhi konsumsi domestik yang lebih dari 1,6 juta BOPD.
Selain itu, kebutuhan LPG Indonesia mencapai 8-9 juta metrik ton (MT), di mana produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 1,8 juta MT, sedangkan sisanya 80 persen bergantung pada impor.
Komaidi menambahkan bahwa ketergantungan pada impor LPG tidak hanya berkaitan dengan bisnis, tetapi juga masalah keamanan energi nasional. Ketidakstabilan di Timur Tengah dapat memengaruhi pasokan energi di dalam negeri.
“Jika terjadi konflik, ketahanan energi kita akan terganggu. Ini menjadi perhatian penting bagi pemerintah,” pungkasnya.
Dengan memfokuskan investasi hulu migas, Indonesia dapat memperkuat ketahanan energi dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Demikian informasi seputar investasi hulu migas. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Subbali.Com.