Kementerian Kehutanan menargetkan investasi di sektor kehutanan mencapai Rp19,9 triliun pada 2025, dengan serapan tenaga kerja hingga 400.000 orang. Hal tersebut sejalan dengan tema pembangunan kehutanan tahun ini, yaitu peningkatan produktivitas hutan dan penghiliran hasil hutan guna pemerataan pembangunan ekonomi wilayah.
Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni menyatakan target ini diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional melalui kontribusi pada PDB dan ekspor sektor kehutanan sebesar 3%-5%.
“Peningkatan ini juga diharapkan memperkuat surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia,” ujarnya, Jumat (24/1).
Selain aspek ekonomi, Kementerian Kehutanan fokus pada pengelolaan berkelanjutan. Target utama mencakup penurunan deforestasi hingga 0,12 juta hektare per tahun, penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 55,38%, dan peningkatan kapasitas kelompok tani hutan sebesar 7%-8%.
Untuk mendukung keberlanjutan, anggaran 2025 sebesar Rp5,158 triliun dialokasikan pada tiga program utama. Program itu mencakup dukungan manajemen sebesar Rp3,38 triliun, pengelolaan hutan berkelanjutan Rp1,665 triliun, dan pendidikan vokasi sebesar Rp312 miliar.
Selain itu, Rp674,22 miliar akan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat guna meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan hutan.
Namun, rencana pemerintah mengalihfungsikan 20 juta hektare hutan untuk swasembada pangan dan energi menuai kritik. Leonard Simanjuntak dari Greenpeace Indonesia mengingatkan, langkah investasi di sektor kehutanan berpotensi mempercepat deforestasi, meningkatkan emisi karbon, dan mengancam biodiversitas.
“Pembukaan lahan akan memicu kebakaran, kabut asap, serta merugikan masyarakat adat dan lokal,” tegasnya.
Meski ada pro dan kontra, investasi di sektor kehutanan tetap menjadi peluang besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Demikian informasi seputar perkembangan investasi di sektor kehutanan. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Subbali.Com.