Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) terus berkomitmen untuk mengatasi angka pengangguran dengan menggalakkan investasi di Jawa Tengah. Di tengah tantangan ekonomi global, Pemprov Jateng terus menjalankan programnya untuk menciptakan lapangan kerja baru. Salah satu strategi yang digunakan adalah meningkatkan investasi di wilayah tersebut, karena sektor-sektor padat karya masih menarik minat para investor.
Menurut data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, nilai investasi di provinsi ini terus meningkat. Pada tahun 2023 saja, nilai investasi di Jawa Tengah mencapai Rp77,02 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp68,4 triliun pada 2022, dan Rp59,79 triliun pada 2021.
Beberapa sektor yang menjadi incaran investor meliputi industri barang dari kulit dan alas kaki, mesin, elektronik, instrumen kedokteran, peralatan listrik, optic, tekstil, perumahan, kawasan industri, perkantoran, mineral non-logam, transportasi, gudang, makanan, jasa, dan lainnya.
Kabupaten dan kota di Jateng yang menjadi favorit para investor antara lain Kendal, Batang, Kota Semarang, Jepara, Kabupaten Tegal, Klaten, Demak, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Cilacap.
“Investasi di Jateng menjadi salah satu upaya kami untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jateng,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jateng, Sumarno.
Sumarno menegaskan bahwa menarik investor untuk berinvestasi di Jawa Tengah merupakan langkah efektif dalam mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan di wilayahnya. Data dari DPMPTSP Jateng menunjukkan bahwa investasi yang masuk pada tahun 2023 mampu menyerap sekitar 280.643 tenaga kerja, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 215.775 orang.
Ketertarikan investor pada sektor padat karya di Jawa Tengah juga berdampak pada penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), TPT di Jawa Tengah pada tahun 2023 mencapai 5,13%, lebih rendah dari TPT nasional yang sebesar 5,32%.
Kedepannya, Jawa Tengah akan terus memberikan perhatian pada sektor manufaktur, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2025-2045 yang menempatkan sektor pangan dan industri sebagai prioritas.
Pj Gubernur Jateng, Nana Sudjana, menekankan pentingnya peningkatan produktivitas industri pengolahan, pengembangan industri bahan baku lokal, penguatan integrasi rantai pasok antar industri, hilirisasi industri, serta peningkatan penumbuhan kawasan industri. Hal tersebut akan memancing para investor berinvestasi di Jawa Tengah.
Saat ini, Pemprov Jateng terus berupaya meningkatkan investasi, baik dari dalam negeri maupun asing, dengan memastikan kesiapan infrastruktur. Nana Sudjana juga mengonfirmasi rencana beberapa perusahaan lokal dan asing untuk merelokasi ke Jawa Tengah, menandakan kepercayaan mereka terhadap potensi ekonomi dan bisnis di wilayah ini.
Demikian informasi seputar perkembangan investasi di Jawa Tengah. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Subbali.Com.