Harga batu bara kembali mengalami penurunan dalam perdagangan terbaru, memunculkan kekhawatiran mengenai prospeknya ke depan. Pada Selasa (20/8), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini ditutup pada angka US$146 per ton, turun 0,34% dibandingkan hari sebelumnya.
Penurunan ini menandai tren negatif selama tiga hari berturut-turut, dengan total koreksi harga mencapai 2,67%.
Perkembangan terbaru dari China memberikan tekanan tambahan terhadap harga batu bara. Data dari Biro Statistik Nasional China (NBS) menunjukkan bahwa produksi batu bara di negara tersebut pada bulan Juli naik 2,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Namun, ironi terjadi ketika pembangkitan listrik dari batu bara justru mengalami penurunan sebesar 3,9% year-on-year (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, yang mengakibatkan lonjakan dalam pembangkitan listrik tenaga air hingga 36,2%.
Selain itu, penggunaan energi baru-terbarukan juga semakin masif di China. Pada bulan yang sama, pembangkitan listrik bertenaga matahari meningkat 16,4%. Ketika pasokan batu bara bertambah namun permintaan berkurang, terutama di pasar besar seperti China, dampaknya terhadap harga global batu bara menjadi sangat signifikan.
Mengingat China adalah produsen, konsumen, sekaligus importir batu bara terbesar di dunia, fluktuasi di negara ini memiliki dampak luas pada harga batu bara global.
Dari perspektif teknikal, harga batu bara masih berada di zona bullish dalam jangka pendek, seperti yang tercermin dari nilai Relative Strength Index (RSI) yang berada pada angka 67,32. Indikator ini menunjukkan bahwa aset batu bara masih dalam posisi bullish, meski berada dalam area yang mendekati overbought.
Namun, indikator Stochastic RSI yang berada di angka 23,89 mengindikasikan bahwa batu bara sudah berada di area jual (short), dan mendekati titik jenuh jual (oversold). Kondisi ini mengindikasikan bahwa harga batu bara rentan terkoreksi lebih lanjut. Setelah menyentuh Moving Average (MA) 20, target support berikutnya diperkirakan berada di rentang US$143-140 per ton.
Di sisi lain, target resisten terdekat berada pada level US$149 per ton. Jika harga berhasil menembus titik ini, ada potensi kenaikan lebih lanjut menuju US$154 per ton.
Meskipun demikian, dengan adanya tekanan dari sisi fundamental di China dan sinyal-sinyal teknikal yang mengindikasikan potensi koreksi, prospek harga batu bara ke depan masih memerlukan kewaspadaan tinggi dari para pelaku pasar.
Demikian informasi seputar turunnya harga batu bara hampir sepekan ini. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Subbali.Com.